Perwakilan umat dari tiga agama besar Kotabaru Yogyakarta berpadu dalam satu aksi pada Sabtu (2/10/2019). Dalam semangat peringatan Sumpah Pemuda 2019, mereka membersihkan sampah di sekitar tempat ibadah. Mereka adalah umat dari Masjid Syuhada, Gereja HKBP, Gereja St. Antonius, dan jemaat Ahmadiyah. Turut hadir pula rekan-rekan dari Young Interfaith Peacemaker Community (YIPC), para frater Jesuit Kolsani, suster ADM, dan Suster CB. Acara ini bertujuan untuk membangun toleransi lewat aksi peduli pada lingkungan hidup.

Acara yang ikuti oleh 40 muda-mudi lintas agama ini mengambil tempat berkumpul di halaman Gereja HKBP. Setelah doa pembuka, Rm. Agustinus Winaryanta, SJ (Rm. Win) menyampaikan tujuan acara ini, yaitu untuk mengasah kepedulian terhadap lingkungan hidup dan untuk membangun toleransi antar umat beragama. Tujuan ini hendak dicapai dengan membersihkan sampah di sekitar tempat ibadah. Persoalan sampah adalah persoalan bersama. Untuk mengatasinya, perlu dilakukan bersama-sama. Tindakan membersihkan sampah di sekitar tempat ibadah ini menjadi wujud kepedulian terhadap lingkungan secara global. “Think globally, act locally,” tutur Rm. Win, SJ.

Pendeta A. A. Zaitun Sihite, M.Th. dari Gereja HKBP mengarahkan kegiatan ini untuk merayakan keberagaman sebagai kekuatan. “Tiga tempat ibadah di Kotabaru ini bukanlah kebetulan, tetapi kebenaran,” tutur Pendeta Sihite. Karena itu, kebenaran ini perlu dirayakan dan dilestarikan sehingga acara-acara nasionalisme lainnya dapat bertumbuh di wilayah Kotabaru.

Masjid Syuhada menjadi tempat ibadah pertama yang dibersihkan. Para peserta menyapu, mencabuti rumput, dan memunguti sampah plastik. Setelah itu, mas Firdaus, mantan ketua pemuda Syuhada menjelaskan sejarah Masjid Syuhada. Tempat ibadah kedua yang dibersihkan adalah Gereja HKBP. Dan yang terakhir adalah Gereja St. Antonius. Seperti sebelumnya, setelah selesai bersih-bersih, acara dilanjutkan dengan pengenalan tempat ibadah tersebut. Di sinilah, kegiatan ekologis ini juga memasukkan unsur dialog agama.

Setelah selesai membersihkan sampah, para peserta berkumpul di Gedung Karya Sosial Gereja St. Antonius untuk santap siang bersama. Uniknya, makan siang peserta sudah ditata di atas kertas memanjang. Para peserta pun makan siang dengan tangan dan saling berhadapan. Makan siang ini bertujuan untuk semakin mengakrabkan satu sama lain. Keakraban itu ditingkatkan lagi dengan games ice breaking yang dilakukan sesudah makan siang.

Acara pun dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Tanya jawab ini bertujuan untuk membersihkan prasangka-prasangka keliru terhadap pemeluk agama lain. Dalam sesi ini, muncul pertanyaan-pertanyaan seperti: mengapa ada sekat di dalam masjid? apa makna wudu sebelum salat? Apa arti gambar ular di bawah patung Bunda Maria? Apakah mencelupkan tangan ke air suci sebelum masuk Gereja adalah wajib? Apa sih Ekaristi itu? Apa saja aliran-aliran yang ada dalam Islam? Apa sih artinya Sakramen? Apa saja sakramen-sakramen yang diakui oleh Gereja HKBP?

Dari perjumpaan ini, para peserta menjadi terbuka akan kehadiran umat beragama yang lain. Mereka menjadi lebih akrab dan saling menghargai. Ada pula yang mendapatkan pemahaman baru bahwa ternyata umat agama lain boleh masuk ke dalam masjid. Peserta lain kaget ketika tahu ada pendeta atau romo yang mudah bergaul dengan orang muda dan bahkan ikut bersih-bersih. Perjumpaan ini adalah langkah awal untuk bersama-sama membangun toleransi negeri ini lewat kegiatan-kegiatan selanjutnya. AMDG.

 

Win SJ

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Open chat
Kontak Sekretariat
Silahkan klik untuk chat dengan sekretariat