“Apa yang sebaiknya aku lakukan?”

Pertanyaan di atas sering kita tanyakan di dalam batin kita. Pertanyaan itu menunjukkan situasi kita di hadapan pilihan-pilihan. Dan kita ingin memilih yang lebih baik. Namun seringkali kita bingung dan takut salah mengambil keputusan. Kita takut mengecewakan diri sendiri dan orang lain. Belum lagi, keputusan-keputusan yang kita ambil menentukan identitas diri kita. Orang akan menganggap kita sebagai pemalas jika kita sering bangun siang. Orang akan menganggap kita suci jika kita rajin beribadah dan beramal.

Di lubuk hati yang terdalam, kita ingin mengetahui kehendak Tuhan atas hidup kita. Seringkali kita bertanya: apakah pilihan yang kuambil ini pilihan yang dikehendaki Tuhan? Karena tidak tahu bagaimana cara mengetahuinya, kita pun terombang-ambing dalam keraguan. Dalam situasi ini, diskresi Ignatian akan sangat membantu kita untuk mengambil keputusan secara lebih tepat.

Apa itu diskresi Ignatian? Diskresi Ignatian adalah pengalaman rohani St. Ignatius Loyola dalam membedakan dorongan dari roh baik dan roh jahat. St. Ignatius tidak memberikan langkah-langkah pengambilan keputusan yang sistematik karena ia menyadari bahwa persoalan manusia terlalu kompleks sehingga tidak bisa diberi satu langkah diskresi yang bisa untuk semua orang. Karena itu, St. Ignatius lebih ingin membentuk pribadi yang peka terhadap dorongan-dorongan dalam dirinya sehingga bisa memilih yang dikehendaki Tuhan. Dengan mengetahui ciri-ciri roh baik dan roh jahat, seseorang bisa memilih dorongan dari roh baik. Dengan perkataan lain, ketika seseorang mengenali motivasi yang menggerakkannya, pengambilan keputusan akan lebih mudah karena dia tinggal memilih pilihan yang dari Tuhan (Mark E. Thibodeaux, SJ, God’s Voice Within, 6).

Diskresi Ignatian bukanlah tentang apa yang harus kulakukan, tetapi tentang menjadi orang seperti apa. Diskresi Ignatian mengarahkan kita untuk menjadi pribadi yang mengikuti dorongan-dorongan yang membawa pada Tuhan. Metode diskresi Ignatian mengajari kita bagaimana mengembangkan kepekaan rohani sehingga bisa mengenali suara Tuhan (Mark E. Thibodeaux, SJ, God’s Voice Within, 7). Untuk itu, langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah mengenali karakter dari roh baik dan roh jahat. Langkah kedua adalah mendalami ajaran Ignatius tentang bagaimana menanggapi jika kita berada dalam desolasi (kesepian rohani) dan konsolasi (hiburan rohani). Langkah ketiga adalah mempelajari cara menentukan kehendak Tuhan lewat sumber-sumber dorongan yang menggerakkan kita mendekat atau menjauh dari Tuhan.

.

Sumber: Mark E. Thibodeaux, SJ, God’s Voice Within, Chicago: Loyola Press, 2010..

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
Open chat
Kontak Sekretariat
Silahkan klik untuk chat dengan sekretariat